Mau rejeki lancar kerja ke Bali

Mau rejeki lancar kerja di Bali. Saya pernah terkecoh dengan kalimat itu. Tanpa berpikir langsung percaya dan melaksanakan
maksud dari kalimat tersebut dengan cara berangkat bersama teman ke Bali untuk bekerja.

Sebenarnya rejeki itu apa? Kalau mau di kupas dan di jabarkan tentu sangat luas dan panjang. Mungkin panjangnya jalur ferry
pelabuhan Lembar-PadangBai masih lebih panjang lagi haha...

pelabuhan penyeberangan Padang Bai Bali

Dulu saya berpandangan uang sama dengan rejeki. Mungkin orang lain juga begitu. “Lumayan dapat borongan bro, lancar lagi rejekinya..”.
Pemahaman yang salah. Kalau tidak dapat borongan tidak dapat rejeki. Atau kalau tidak kerja juga tidak dapat rejeki.

Rejeki bukan hanya soal uang/harta atau kerja. Tanpa sadar kita setiap hari sudah diberikan rejeki oleh Allah swt.
Mulai dari kontrakan kita bangun pagi, itu sudah rejeki. Dilanjut mandi tanpa antri (karena kamar mandi cuma ada dua), itu
juga merupakan rejeki. Berangkat kerja dijalan tidak kena macet, rejeki lagi. Lebih lagi kalau hari itu gajian tidak molor, merupakan nikmat rejeki yang diberikan Allah swt. Sudahkah kita merenungi kejadian-kejadian seperti itu.

Dalam firman Allah swt “ tidak suatu binatangpun(termasuk manusia) yang bergerak diatas bumi ini yang tidak
dijamin oleh Allah rezekinya.”(QS. Hud: 6) Ini tingkat rejeki paling mendasar. Artinya Allah swt memberi kita makan minum
kesehatan dan yang lainnya. Ini rejeki tingkat paling dasar dan terendah. Kenapa mesti ke Bali kalau mau mencari makan
disini juga bisa makan. Memang betul dimanapun kita bisa makan namun  dari kata mencari itu yang membedakan.

Apa yang di makan itulah hasil dari usaha kita. Biasanya makan nasi sambal terasi lalu ingin makanan ala resto tentu ada
usahanya. Dalam hal ini usaha sama dengan kerja. Dari kerja mendapatkan hasil untuk mencukupi kebutuhan kita. Dari
pangan sandang papan. Dikarenakan kebutuhan itulah kita bekerja tentunya sesuai dengan keahlian dan kemampuan.

Tingkat rejeki kedua. Firman Allah swt “ Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa yang telah dikerjakannya”(QS. An-Najm:39).
Jika kerja sehari tentu mendapatkan hasil sehari itu. Bila ditambahkan lembur, tekun bekerja, bersungguh-sungguh
dan mempunyai keahlian tentu hasilnya akan dilebihkan. Dalam hal ini tidak dibedakan muslim atau kafir.


rejeki sudah ada yang mengatur kita tinggal menerima

Di tingkatan ini antara halal dan haram muncul. Contoh mandor yang memotong gaji kuli tanpa persetujuan. 
 Atau pimpinan mengerjakan kerja tambah namun tanpa sepengetahuan perusahaan. Karena tidak sabar dan ingin cepat memperoleh hasil
yang lebih maka segala cara tempuh dengan berbuat curang. Bila mau bersabar dan bersyukur Allah swt telah menjanjikan
rejekinya.

Dan firman Allah swt “...sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah(nikmat) kepadamu, 
jika kamu mengingkari(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. Ibrahim: 7).
Rejeki tingkat ketiga ini diperuntukan bagi orang-oarang yang pandai bersyukur. Mereka tidak merasa iri bahkan lebih tekun bekerja. Mensyukuri apa yang diperoleh dari hasil kerjanya. Orang yang pandai bersyukur akan dapat hidup bahagia, sejahterah dan tentram. Segala usahanya selalu berhasil karena allah swt selalu menambahkan.

Kesimpulan dari uraian diatas. Bahwa rejeki sudah ada yang mengatur kita tinggal menerima. Jangan takut tidak bekerja
karena pintu rejeki hanya milik Allah. Selalu bersyukur dengan hasil usaha kerja. Dengan selalu bersyukur kita akan di cintai Allah, karena orang-orang bersyukur akan dapat merasakan kasih sayang Allah.

Jadi sobat yang ingin kerja atau sudah bekerja di Bali, yakinlah bahwa rejeki Allah ada di atas bumi. Semoga bermanfaat.

Bila tulisan ini bermanfaat silakan share untuk sobat-sobat yang lain....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan ke Pasar Sentral Nusa Dua.

Lapangan Puputan wisata murah di taman kota Denpasar

Jeprat-jepret momen di Pantai Muaya Jimbaran.